Sabtu, 03 Oktober 2015

Pengalaman Menangani Anak korban Bully

Beberapa tahun lalu, saat ini terjadi belum trend  istilah bullying, yang ada cuma pennekanan dari si superior kepada yang lemah. Dari zaman saya sekolah juga ada peristiwa seperti ini, hanya saja waktu dulu saya beranggapan hal tersebut memang harus dilalui dengan baik, toh nanti juga biasa lagi.

Singkat cerita, si korban ini klo dikelas memang kurang diantaranya kurang gaul. Pakaiannya juga selalu rapi dan bersih, orang tuanya juga sangat perhatian. Setelah saya perhatikan memang ada perubahan pada dirinya, semakin diam, wajah jadi kusut, pakaian kusut, kotor dan pernah kancing lepas.

Mulanya sih, orang tuanya perhatian, kancing yang lepas di pasang kembali. Namun lama kelamaan sepertinya dibiarkan saja, mungkin agar anaknya juga lebih gereget dalam menghadapi temennya. Waktu itu saya sedang proses menyelidiki, karena tidak mungkin saya langsung menuduh begitu saja tanpa ada bukti.

Orang tua si korban juga tidak rewel, karena itulah saya bisa lebih berhati-hati dalam bertindak, sambil memberi arahan-arahan untuk si korban. Jadi penanganganan yang saya lakukan saat itu ada 3 bagian, yaitu:
terhadap korban, pelaku dan kelas.

Korban, saya berikan trik-trik untuk melindungi diri dari teman yang superior ini, jadi bukan sekedar nasihat. Memotivasi dirinya untuk bergaul dengan banyak teman, berikan trik langsung. Misal "coba deh pergi pulang sekolah bareng-bareng temen, sekalli-kali naik angkot lah.."
Pelaku, Karena si pelaku juga sering berulah dan banyak kasus, langsung saya doktrin dia " kamu itu jangan jadi troble maker, memang kamu gak bosen di marahin terus? Jadilah play maker yang baik". " kamu bisa kok, bikin kelas jadi kompak, tapi kompak yang bener misal kelas bersih, tugas kelas beres.." Kebetulan kelas yang saya pegang, sering di cap kotor, di cap malas mengumpulkan tugas.
Kelas, saat korban dan pelaku tidak ada, saya doktrin kelas bahwa melindungi teman adalah tanggung jawab bersama, harus berani untuk kebenaran karena kalian itu banyak dan  dia cuma seorang. Kelas harus kompak yang otaknya lemah jangan minder minta ajarin sama yang pinter, yang pinter bagi ilmunya, maju kedepan kerjakan tugas bersama. Kelas bersih, klo berat buang sampahnya bayar nanti kita sewa pebantu. Saya tugaskan beberapa temannya untuk memberikan pendampingan, bukan bodyguard loh.

Saya bicara to the point aja, hasilnya luar biasa:
- kelas selalu bersih, kompak, tugas-tugas selalu dikumpulkan ( murid pinter dan murid yang galak selalu kontrol tulisan temannya yang malas-malas biar cepet selesai)
-si pelaku di pandang positif di kelas
- si korban jadi banyak temen bahkan suka di bantu oleh temennya saat test . Teman-temannya yang sudah selesai tes pasti tanya " Lo, udah selese belum?" biasanya di tambah plus arahan-arahan temennya.

Oya, meskipun orang tua korban tidak mempermasalahkan tentang anaknya, namun tetap saya wajib laporkan apa yang telah terjadi pada anaknya. Pertama yang saya ucapkan sih, mohon maaf atas peristiwa yang terjadi pada anaknya selama ini. Dan saya jelaskan perubahan-perubahan yang telah terjadi begitupula tindakannya. Hasilnya dia mengucapkan terimakasih dan ia juga sempat bingung dengan anaknya itu dan ia mengerti akhirnya.

Saya juga sempat menyarankan kepada orangtuanya agar membantu anaknya dalam bergaul, misal mengundang teman anaknya bila ada belajar kelompok ke rumahnya. Atau mengundang acara tasyakuran ulang tahun.

Terkadang seorang anak selalu di nasehati, jangan mau di buly lawan! Tapi kita sebagai orang tua atau guru suka lupa memberi arahan bagaimana cara lawannya.

Untuk trik dan bagaimana caranya ,, next post ya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar