Kamis, 01 Oktober 2015

Toilet Training - Kemunduran Dalam Toilet Training- trauma


Bila si kecil sebelumnya telah pandai untuk BAB dan BAK di toilet, lalu tiba-tiba ia kembali BAB dan BAK di celana artinya si kecil sedsang mengalami kemunduran. Cari tahu dulu nih, apa penyebabnya. apakah dia takut akan kamar mandi, baru masuk sekolah, mau ada adik bayi, trauma atau karena masalah medis. Biasanya insting seorang ibu sangat peka, apalagi bila si kecil memang membutuhkan bantuan ahli seperti dokter spesialis anak, psikolog. Segeralah konsultasikan masalah itu, biasanya dari masalah utama akan beranak pinak tuh,,,

Disamping itu, meskipun telah ditangani oleh dokter atau psikolog, tentu saja kita juga harus membantu anak dalam menghadapi kemunduran toilet training tersebut. Teruslah bersemangat dalam menjalani toilet training, banyak sabar dan berusaha.

Toilet training arti singkatnya yaitu latihan Buang Air Besar (BAB)dan Buang Air Kecil (BAK) di kamar mandi, juga bersih-bersih hingga memakai kembali celananya. Pengertian ini versi saya loh.

Biasanya orang tua zaman sekarang pasti menerapkan toilet training , diantaranya dengan cara:
1. Menggunakan Timing
    Setiap 2 jam diajak ke kamar mandi, meskipun anak tidak pipis tetap ada proses bersih-bersih/cebok. Mengajak ke kamar mandi sesudah bangun tidur dan sebelum tidur.
2. Menggunakan potty
    bentuknya dipilih yang lucu-lucu agar BAB atau BAK menyenangkan tidak membuat mereka takut.
Bila ada kemunduran toilet training
Biasanya sih dengan rutinitas poin diatas toilet training berhasil, lamanya tergantung masing-masing kesiapan anak. Namun terkadang sudah bisa ke toilet tapi menjadi mundur kembali. Anak BAK dan BAB di celana kembali. Banyak faktor yang menyebabkan ini terjadi. Bisa karena trauma, minta perhatian orang tua, punya adik baru, pernah trauma BAB keras dan berdarah atau   karena masalah medis.
Apapun penyebab kemundurannya , kita sebagai orang tua harus dengan sabar menerapkan kembali toilet training di samping menyelesaikan masalah utamanya. Untuk mencari tahu masalah utama nya itu apa, itulah PR orang tua. Diperlukan komunikasi dan hubungan yang bagus dengan anak.
Sampai kapan toilet training yang kedua ini? sampai anak umur berapa?
Saya pun juga pernah bertanya ke psikolog dengan pertanyaan demikian. Untuk kasus anak saya menurutnya sampai anak saya bisa. Kebetulan anak saya saat itu 4th dan sekarang 5 th masih proses.
Apakah caranya sama, pada toilet training yang kedua ini?
Dari pengalaman saya dengan anak pertama saya, caranya sama saja seperti 2 poin diatas. Waktu itu ia mengalami kemunduran karena kedatangan adik. Membutuhkan 1 tahun untuk berhasil.
Untuk pengalaman anak saya yang kedua, kasusnya berat. Masalah utamanya sudah saya temukan dan memerlukan bantuan psikolog. Dari psikolog anakku tetap toilet training dilakukan dengan cara yang biasa dan tetap melakukan hal-hal yang sudah saya lakukan.
Apa saja dilakukan pada toilet training kedua ini
Sudah 1 tahun saya dan anak saya melakukan toilet training, dan sekarang perkembangannya lumayan baik, meskipun terkadang masih kepipisan dan ke ee dicelana. Yang kami lakukan yaitu:
1. Memakai 2 poin diatas, namun timing waktu bukan 2 jam sekali tapi saya perlama (karena anakku sudh agak besar )hingga kami tahu jam berapa dia pipisnya. Saat-saat itu kami ajak dia  ke toilet.
2. Selalu memotivasi anak kapanpun, tentunya saat dia sedang santai ya.
Gunakan kalimat yang singkat dan jelas. Misal: " ade, klo pipis di kamar man..." ( dii.. jawab kami bareng)
"Ade, klo mau pipis.. 'LARIII.'.kekamar mandi ya.. "( kata LARI pake nada yang semangat dan mengaijak seperti iklan film padelpop kedua klo gak salah)
3. Sabar dan jangan marah, bila anak pipis atau ee di celana
Tarik nafas dulu, (pake nafas perut ya,,kata psikolog anakku itu untuk ????sory lupa pokoknya biar turun emosilah) bilang ke anak " ade, pipis ya... ayo ke kamar mandi, kita cebok". Ini peting biar dia kenal pipis dan ee . Kalau tahap  ini terlewati, anak akan lapor diri saat pipis atau ee meskipun masih di celana. Ini kemajuan juga artinya dia tau apa yang terjadi. Ingat ya,,, ini juga latihan kesabaran orang tua loh. Tahap berikutnya anak akan lapor diri saat akan pipis atau ee. Ini artinya berhasil toilet trainingnya
4. Menceritakan proses pencernaan/dongeng pencernaan (terjadinya BAB dan BAK)
Kebetulan kami punya buku ensiklopedi anak, dan ada gambarnya. Kami belajar proses itu namun tentunya dengan bahasa anak-anak biasa dikatakan Dongeng Pencernaan ( saya akan up lod ke youtube). Ketika belum punya buku itu saya menggunakan brosur minuman fermentasi Y****t. Di situ kan ada gambar usus, nah saya dongeng deh. Waktu itu saya minta di mbak keliling atau si lady ******.
5. Saat latihan BAB, waktu dia di kloset ceritakan dongeng pencernaan tadi.
Gunanya, memberi waktu si ee/feses mencari jalan keluar dan merangsang anak  mengejan. Proses mengulur waktu ini tidak membaut anak takut, malah menyenangkan karena ada orang tua yang menemani.
6. Buatlah kamar mandi nyaman dan menyenangkan
Misal catnya warna terang, menempel stiker wall kartun kesukaan anak, menampilkan pernak-pernik anak seperti sampo, sikat gigi, sabun. Lampu kamar mandi pilih warna putih yang terang.
7. Ajarkan prosedur ke kamar mandi
Dari buka celana, tempat pipis dan ee dimana?, prosdeur bersih-bersih ( baik itu cebok atau menyiram bekas ee dan pipis) sampai pakai kembali celananya.
8. Beri reward bila dia berhasil melakukannya, meskipun cuma pujian.
Misal dia cuci tangan pakai sabun sendiri. " Ade, cuci tnagan pakai sabun ya,, emm wangi.." ( lakukan dengan setulus hati, gunakan nada bicara yang tulus dan penuh bangga) . Nada bicara sangat berperngaruh loh..

Hal-hal itu yang saya sampaikan ketika saya di tanya mengenai toilet training (waktu itu saya tidak detail seperti tulisan ini, to the point saja), dan psikolog anakku mengatakan untuk tetap dilanjutkan. Ada juga sih yang saya pelajari saat kasus toilet training dilimpahkan ke asistennya. Postingan berikut ya,, Dan ada juga sih beberapa prilaku muncul saat penerapan toilet training versi saya diatas,, postingan berikut saya ceritakan dan tindakannya. Tips n Trik toilet training, mohon tunggu di post berikutnya

Warning: Ini sekedar sharing pengalaman untuk lebih baiknya sih konsultasikan kepada ahlinya boleh ke psikolog atau ke dokter anak tergantung kasusnya. Tapi dengar-dengar sih, kalau ke spesialis anak ada beberapa dokter yang menangani jadi satu paket lah. Untuk yang satu ini saya belum pernah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar